Jingga ….
Senja ini kau datang lagi. Bersama bias gelap membayang diantara alun ombak. Ketika kelepak camar melayang rendah di atas kepalaku. Dan gelisah nyiur yang mendesah
Jingga …
Biarkan aku menemanimu. Duduk mencangkung di bibir dermaga. Menatap mentari yang hampir tenggelam di antara gelombang. Tinggal aku dan kamu, jingga. Yang menari dan meliuk-liuk di atas air yang memerah keemasan.
Jingga …
Ceritakan padaku tentang sebuah dongeng pengantar malam. Ketika ada seorang anak kecil berkeliaran yang menghilang di saat kedatanganmu. Begitu nenek pernah ceritakan padaku. Adakah ia bersamamu kini? Seperti aku yang berlari mengejar pesonamu.
Jingga …..
Ada kerinduan di setiap hadirmu. Selendangmu emasmu akan kujadikan alas tidur di malam-malamku. Agar malamku berwarna keemasan sepertimu. Bukan malam gelap yang hanya ditaburi kerlip bintang dan cahaya bulan yang enggan turun.
Jingga ..
Bawakan aku sejumput asa dari singgasanamu di sana. Dengan warna-warna terindahmu. Esok aku menunggumu di sini. Dalam desau angin yang merayu. Dalam riak ombak yang berlari menyusur pantai.
Temukan aku dalam wajah yang mendamba penuh kerinduan….
[…] Sumber : irmaaryasathiani.wordpress.com […]
By: tapistujuh on April 7, 2009
at 10:33 pm
Luarrrrr Biasaaaaaaaaaa
Jingga yang lain……izin diposting ulang
di tapistujuh nya neng…
By: uloh on April 7, 2009
at 11:05 pm
Punten kang, nembe kabuka komentarna. Numawi ngaraos hemeng, naha nya ari nu sanes teu tiasa ngintunkeun komentar di web simkuring. Mangga atuh bilih bade diposting ulang mah. Kumaha saena we, kang. Hatur nuhun sateuacanna.
By: irmaaryasathiani on April 16, 2009
at 1:23 pm